DOWNLOAD MATERI

Transmisi SNG

Transmisi SNG

Pada bagian ini akan dibahas mengenai sistem transmisi SNG yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
  1. Sistem uplink
  2. Sistem transponder satelit, dan
  3. Sistem downlink.
------------------------------------------------------------------------------------------------
I. SISTEM PEMANCAR SNG (UPLINK SNG)
Pemancar sistem SNG merupakan sistem yang memancarkan sinyal gambar dan suara dalam format digital ke satelit. Dengan menggunakan stasiun OB-Van yaitu stasiun uplink yang bersifat mobile dan berpindah-pindah tempat ke tempat terjadinya suatu liputan acara.
Biasanya sistem uplink ini menggunakan kendaraan OB-Van atau sistem pengangkut lainnya untuk membawa perangkat uplink. Di dalam kendaraan OB-Van, terdapat perangkat SNG yang berupa :
  1. Encoder with L-Band Modulator
  2. Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA)
  3. Gigasat Flyaway Antenna

Perangkat SNG ini berfungsi untuk mendukung proses informasi yang dikirim dari sumber informasi ke satelit. Alat-alat ini mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing. Gambar perangkat SNG dapat dilihat pada gambar berikut :
Perlengkapan alat diatas memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan spesifikasi perangkat SNG di bawah ini beserta dengan karakteristiknya.

1. Encoder with L-Band Modulator
  • Encoder
Perangkat encoder berfungsi untuk mengubah sinyal audio/video analog menjadi sinyal digital. Sebelum sinyal tersebut masuk ke modulator, terjadi penurunan laju bit yang disebabkan oleh sistem modulasi yang dipakai pada perangkat encoder ini. Penurunan laju bit yang dihasilkan encoder memiliki diagram blok seperti pada gambar di bawah ini :
Kemampuan kompresi video encoder merupakan bagian penting dari sistem uplink SNG, karena hal ini dapat mempengaruhi kenaikan laju bit dengan bandwidth transponder yang dibutuhkan. Untuk mengatasi kesalahan pada encoding digunakan sistem error correction dengan Forward Error Corection (FEC) rate ¾.
Untuk sinyal audio analog diubah menjadi sinyal digital dengan metode PCM, kemudian hasil dari proses ini di multipleksing dengan sinyal keluaran video encoder. Multiplekser yang digunakan adalah multiplekser dengan metode Time Division Multiplexing (TDM). Metode ini memiliki kemampuan untuk menggabungkan beberapa kanal informasi yang dapat berupa data, audio video, sinyal input digital yang dihasilkan dari modulasi PCM. Keluaran multiplekser ini kemudian diteruskan ke modulator digital.
  • Modulator
Perangkat modulator berfungsi untuk memodulasikan frekuensi sinyal informasi pada suatu frekuensi pembawa (carrier) yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari sinyal informasi sesuai dengan media transmisi tempat sinyal akan dikirim.
Jenis modulator yang digunakan di LPP TVRI sesuai dengan jenis modulator digital yang digunakan pada sistem SNG yaitu modulator QPSK. Pada modulator ini terdapat kemungkinan terjadi 4 fasa keluaran untuk 1 frekuensi pembawa. Karena terdapat 4 jenis kondisi yang berbeda, untuk menghasilkan 4 kondisi masukan yang berbeda dibutuhkan lebih dari 1 bit masukan. Dengan 2 bit akan didapat 4 kondisi yang mungkin yaitu 00, 01, 10, 11. Blok diagram modulator QPSK dapat dilihat pada gambar berikut :
Untuk aplikasi SNG, kebutuhan lebar pita merupakan masalah yang penting, karena bandwidth yang tersedia untuk sinyal SNG cukup sempit, sehingga perlu dilakukan pemilihan metode yang paling efisien. Modulator yang dipilih haruslah modulator yang membutuhkan lebar pita yang seminimal mungkin, tetapi masih menghasilkan BER yang kecil. Kebutuhan lebar pita minimum QPSK adalah R/2 dengan R adalah laju bit dan 2 adalah koefisien modulasi (m) QPSK.
Berikut merupakan tampilan alat Encoder with L-band modulator secara keseluruhan :


2. Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA)
  • Block Up Converter (BUC)
Block Up Converter berguna untuk merubah frekuensi Intermediate Frekuensi (IF) melalui proses yang dinamakan mixing. Gelombang IF 70 MHz output audio/video modulator akan dinaikan frekuensinya oleh up converter menjadi gelombang mikro C-band untuk selanjutnya diteruskan ke transponder satelit Telkom-1.
  • Solid State Power Amplifiers (SSPA)
SSPA merupakan jenis dari High Power Amplifier (HPA) yang digunakan oleh LPP TVRI dan mempunyai daya maksimal 200 Watt. HPA merupakan penguat yang sifatnya mengurangi noise dan memperkuat sinyal yang dipancarkan atau menaikan power untuk sampai ke satelit. HPA berfungsi untuk menguatkan daya sinyal RF dari up converter sehingga memiliki daya yang cukup untuk dipancarkan kearah satelit.
Berikut merupakan tampilan dari BUC/SSPA :

3. Gigasat Flyaway Antenna
Antena merupaka bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yang berfungsi untuk memancarkan sinyal uplink ke satelit. Pada sistem transmisi SNG yang dipakai LPP TVRI menggunakan sistem antena ‘Gigasat FA-180’ yang berdiameter 1,8 m dengan konfigurasi Prime Focus.

Berikut merupakan bagian-bagian dari antena gigasat 1.8 flyaway :
  • Feedhorn
Feedhorn
FeedHorn berfungsi untuk menangkap dan memancarkan sinyal RF dari dan ke Reflektor.
LNB (Low Noise Block)
LNB berfungsi untuk merubah sinyal RF C Band 4 GHz menjadi sinyal RF L Band 1 GHz.
Upper & lower Feed Arm
Upper & lower Feed Arm berfungsi sebagai penyangga feedhorn dan sebagai jalur sinyal Transmit maupun Receive.
Reflektor
Reflektor berfungsi sebagai pengumpul dan pemantul sinyal dari dan ke satelit.
  • Tuas AZ EL POL
Water Pass
Water Pass berfungsi untuk mengetahui kerataan dari upper case antenna.
Pemutar Elevasi
Pemutar Elevasi berfungsi untuk merubah posisi antena keatas dan ke bawah.
Pengunci Elevasi
Pengunci Elevasi berfungsi sebagai pengunci tuas elevasi
Pemutar Azimuth
Pemutar Azimuth berfungsi untuk merubah posisi antena ke kiri dan ke kanan.
Pemutar Polarisasi
Pemutar Polarisasi berfungsi untuk merubah arah FeedHorn ke kiri dan ke kanan.
Pengunci Polarisasi
Pengunci Polarisasi berfungsi sebagai pengunci tuas Polarisasi
Transmit Port
Transmit Port berfungsi sebagai sambungan transmit yang dihubungkan ke SSPA melalui waveguide.
Receive Port
Receive Port berfungsi sebagai sambungan Receive yang dihubungkan ke Receiver.
  • Upper and Lower case antenna

Reflektor Support
Reflektor Support berfungsi sebagai tempat dudukan Reflektor.
Upper Case
Upper Case antena berfungsi sebagai dudukan Reflektor support , tuas Azimuth Elevasi dan Polarisasi serta tempat waterpass indikator.
Lower Case
Lower Case Antena berfungsi sebagai dudukan Upper Case antena dan kaki antena.
Kaki antena
Kaki antena berfungsi sebagai penguat posisi antena dan pengatur kemiringan antena (Upper dan lower Case).

II. SISTEM TRANSPONDER SATELIT

Sebuah satelit biasanya terdiri dari beberapa transponder. Transponder adalah peralatan yang berfungsi untuk menerima sinyal, memperkuat frekuensi, dan memancarkan ulang sinyal tersebut. Keunggulan utama satelit adalah memiliki kemampuan untuk menyatukan kanal-kanal telepon dan televisi (audio/video) secara bersama-sama. Hal ini disebabkan kemampuan bandwidth yang lebar pada frekuensi-frekuensi yang dimilikinya.
Untuk C-band, satelit Telkom 1 memiliki 36 buah transponder yang terdiri dari 24 transponder standar dengan banwidth 36 MHz dan 12 transponder extended. LPP TVRI menggunakan bandwidth transponder sebesar 9 MHz.
Untuk transponder C-band, dibagi dalam alokasi frekuensi sebagai berikut:
Dalam satu transponder memiliki bandwidth 40 MHz dengan 4 MHz guard band, 2 MHz dikiri dan 2 MHz dikanan. Jadi bandwidth efektif yang dapat digunakan yaitu 36 MHz.
LPP TVRI Pusat Jakarta menyewa transponder satelit Telkom dengan sisa  bandwidth 9 MHz sedangkan bandwidth transponder satelit Telkom 1 adalah 36 MHz.

III. SISTEM PENERIMA SNG (DOWNLINK SNG)

Sistem downlink merupakan sistem yang berfungsi untuk menerima sinyal audio/video dari sistem uplink SNG melalui transponder satelit ke stasiun utama sebuah perusahaan televisi broadcast. Stasiun downlink atau stasiun utama stasiun tv nasional, yang berlokasi di Jl. Gerbang Pemuda Senayan, Jakarta Pusat, tepatnya di gedung ruang pemancar. Dengan posisi koordinat 106°75’ BT dan 6°13’ LS.
Sistem downlink stasiun tv nasional ini menggunakan perangkat downlink yang berupa sebuah perangkat TVRO (Television Receiver Only) yang dilengkapi antena parabola, LNB, dan receiver IRD (Integrated Receiver Decoder).
  • Prinsip Monitoring Stasiun Downlink SNG
Untuk sinyal downlink yang diterima antena harus melewati LNB (Low Noise Blok) dan penerima satelit (IRD) terlebih dahulu kemudian baru ke TV monitor.
Prinsip kerja monitoring downlink SNG hampir sama dengan sistem TVRO yang biasa digunakan masyarakat untuk menangkap siaran TV satelit. Sistem TVRO terdiri dari :
1.    Antena parabola
2.    Receiver
Receiver ini mendapat input dari LNB. LNB merupakan penguat low noise sinyal dari antena, selain itu LNB juga berfungsi untuk memperkuat dan menurunkan frekuensi C-band yang diterima pada saat downlink.

  • Antena
Antena TVRO yang digunakan di stasiun tv nasional berdiameter 5,5 meter dan memiliki efisiensi sekitar 65%. Di lapangan. Penguatan ini dapat berbeda-beda tergantung pada proses pabrikasi dan saat instalasi. Ini gambar antenanya :

  • Low Noise Block (LNB)
LNB merupakan gabungan dari LNA (Low Noise Amplifier) dan frekuensi translator yang mempunyai keluaran L-band, dimana frekuensi input antara 3,7 – 4,2 GHz dan frekuensi output 0,95 – 1,45 GHz untuk polarisasi horizontal dan 1,55 – 2,05 GHz untuk polarisasi vertikal.
Konsistensi frekuensi perlu diperhatikan dan dipilih yang terbaik mengingat bila nilai frekuensi terlalu tinggi maka akan terjadi error rate. Namun hal ini dapat diatasi dengan mempersempit bandwidth transmisi yang juga menurunkan kecepatan transmisi data ke pelanggan, dengan asumsi pengaruh ketiga parameter tersebut berkurang.

  • Receiver
Receiver merupakan sebuah perangkat yang digunakan dalam proses downlink yang berfungsi untuk menerima sinyal L-band dan mendemodulasikan serta memberikan keluaran sinyal audio/video dalam bentuk analog maupun digital. Dalam pengoperasian receiver ini perlu dilakukan suatu penyesuaian frekuensi terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar frekuensi kerja dari IRD ini dapat menterjemahkan sinyal frekuensi L-band maupun C-band. Hubugan antara L-band frekuensi dengan C-band (untuk downlink) adalah :
L-Band = 5150 MHz – downlink frekuensi
Dimana :
5150 MHz                   = LNB Local Oscillator (MHz)
Downlink frekuensi = Downlink frekuensi pada C-band
Besarnya range L-band frekuensi adalah 950 – 1450 MHz, sedangkan C-band untuk downlink 3700 – 4200 MHz dan untuk uplink 5925 – 6425 MHz.
Receiver downlink di stasiun TV, sebaiknya tuning frekuensi di set pada downlink frekuensi C-band, dimana LNB local oscillatornya bernilai 5150 MHz. Bila receiver tersebut ingin dioperasikan pada L-band maka tuning frekuensi di setting dengan menggunakan rumus di atas. Bila receiver (IRD) pada SNG uplink, dioperasikan untuk memonitor sinyal yang dikirim. Tuning frekuensi di setting pada L-band dengan LNB local oscillator bernilai 5150 MHz, hubungan antara L-band frekuensi dengan uplink frekuensi adalah :
L-Band frekuensi = Uplink frekuensi – 4900 MHz
Dimana :
4900 Mhz              = Local Oscillator frekuensi Block Up Converter (BUC)
Uplink frekuensi = Uplink frekuensi C-band

Sekian. Semoga bermanfaat :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar